Panorama keindahan alam Air Terjun Widuri yang sangat menarik untuk dikunjungi saat liburan, pesonanya yang masih terlihat alami ini me...
Lokasi terletak di tengah
kawasan hutan jati Desa Kemaduh Batur, Kecamatan Tawangharjo, Aksesbilitas
berjarak kurang lebih 19 km sebelah timur laut kota Purwodadi di jalan raya Purwodadi
Blora km 15. Kabupaten Grobogan, Air
terjun widuri memiliki tinggi kurang lebih 40 meter. Hingga sampai sekarang
Wana wisata air terjun widuri tersebut masih berkembang, yang pembangunannya
dikelola oleh swadaya masyarakat dan akses jalannya di bangun PNPM Mandiri serta
LH (lingkungan hidup), disamping wisata
tersebut sangat berpotensi, juga terlihat memajukan desa yang tertinggal, dan
sangat membantu bagi para pecinta alam untuk menikmati suasna tersebut, dan pencari
ispirasi, karana wisata tersebut adalah salah satu wisata yang sangat
berkembang kususnya di kabupaten Grobogan. Mesti agak berbukit turun naik jika ingin ketempat lokasi air terjun, namun hawanya
sangat sejuk dan bisa melihat pemandangan yang indah disekitarnya. Tak hanya
panoramannya yang sangat menarik dan indah, selain itu pemandian air terjun
tersebut dipercayai warga setempat dan warga luar daerah bisa sebagai pelantara
atau sarana pennyembuhan penyakit kulit di hari
tertentu, jika mandi ditempat itu.
Dan nama Widuri sendiri berasal dari kata Widodaren (Bidadari). Menurut
cerita warga setempat, “konon suatu hari
Jaka Tarub berangkat berburu di kawasan Gunung Keramat tersebut, lalu Jaka Tarub
Di gunung itu melihat sebuah telaga, tempat tujuh bidadari mandi. Jaka Tarub
mengambil selendang salah satu bidadari. Ketika 7 bidadari selesai mandi, enam
dari tujuh bidadari tersebut kembali ke kahyangan. Sisanya yang satu bidadari
tersebut bingung mencari selendangnya, karena tanpa itu ia tidak mampu terbang.
Akhirnya munculah Jaka Tarub yang datang menolong, Bidadari yang bernama Dewi
Nawangwulan, hingga bidadari tersebut bersedia ikut pulang kerumahnya. Kemudian
Keduanya menikah dan mendapatkan seorang putri bernama Dewi Nawangsih. Selama
hidup berumah tangga, Nawangwulan selalu memakai kesaktiannya. Sebutir beras
bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari Jaka Tarub melanggar larangan
Nawangwulan supaya tidak membuka tutup penanak nasi. Akibatnya kesaktian
Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa. Maka,
persediaan beras menjadi cepat habis. Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan
menemukan selendang pusakanya tersembunyi didalam lumbung. Nawangwulan pun
marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut. Jaka Tarub
memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan
sudah bulat. Hanya demi bayi Nawangsih ia rela turun kebumi untuk menyusui
saja.
gus sait.
gus sait.